Mengapa Umat Islam Tidak Bersatu dalam Menentukan Awal dan Akhir Ramadhan?
Mengapa umat Islam berbeda dalam menentukan awal dan akhir Ramadhan? Pelajari solusi persatuan berdasarkan dalil syar'i agar kaum Muslimin dapat berpuasa dan berhari raya bersama.

Pertanyaan:
Kenapa umat Islam tidak bersatu dalam menentukan awal dan akhir bulan Ramadhan? Dan bagaimana supaya persatuan itu bisa tercapai?
Jawaban:
Alhamdulillah. Tidak diragukan lagi bahwa persatuan umat Islam dalam memulai dan mengakhiri puasa adalah sesuatu yang sangat diharapkan dan merupakan tuntutan syariat. Namun, persatuan ini hanya bisa dicapai jika memenuhi dua hal penting:
1. Mengamalkan Rukyat dan Meninggalkan Hisab dalam Menentukan Awal dan Akhir Ramadhan
Salah satu faktor utama yang menyebabkan perbedaan dalam penentuan awal dan akhir Ramadhan adalah metode yang digunakan. Sebagian ulama hanya mengandalkan hisab (perhitungan astronomi), sementara yang lain berpegang pada rukyat (melihat bulan sabit) sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah ﷺ.
Rasulullah ﷺ bersabda:
صُوْمُوْا لِرُؤْيَتِهِ، وَاَفْطِرُوْا لِرُؤْيَتِهِ، فَإِنْ غُمَّ عَلَيْكُمْ فَأَكْمِلُوا الْعِدَّةَ
"Berpuasalah ketika telah melihat bulan sabit, dan berbukalah ketika melihatnya. Jika terhalang oleh awan, maka sempurnakanlah bilangan bulan menjadi tiga puluh." (HR. Bukhari & Muslim)
Pendapat mayoritas ulama sepakat bahwa hisab tidak bisa dijadikan patokan utama dalam menentukan awal dan akhir Ramadhan. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata dalam Fatawa (Juz 25, hal. 132-133):
"Para ulama telah sepakat bahwa tidak boleh hanya bersandar kepada hisab dalam menentukan awal dan akhir puasa atau yang semisalnya."
Al-Hafidz Ibnu Hajar dalam Fath al-Bari (4/127) juga menukil dari Al-Baji:
"Konsensus para ulama salaf menyatakan bahwa tidak boleh berpatokan kepada hisab. Dan ijma' mereka adalah dalil bagi umat setelahnya."
2. Mengikuti Rukyat Hilal di Negara yang Menerapkan Syariat Islam
Persatuan kaum Muslimin dalam berpuasa dan berbuka akan lebih mudah tercapai jika mereka berpedoman pada rukyat hilal yang ditetapkan oleh negara Islam yang menerapkan hukum syariat. Jika di suatu negara Islam telah terlihat hilal dengan bukti-bukti syar’i, maka umat Islam di negara lain seharusnya mengikuti hasil rukyat tersebut.
Rasulullah ﷺ juga menegaskan dalam haditsnya:
إنا أمة أمية لا نكتب ولا نحسب، الشهر هكذا وهكذا وهكذا (beliau mengisyaratkan dengan tiga jari dan menggenggam ibu jarinya di hitungan ketiga) والشهر هكذا وهكذا وهكذا (dengan menggunakan seluruh jari)
"Kami adalah umat yang ummi, tidak menulis dan tidak berhitung (menggunakan hisab). Bulan itu begini, begini, dan begini..." (HR. Bukhari & Muslim)
Hadits ini menunjukkan bahwa penentuan awal bulan harus dilakukan dengan rukyat, bukan dengan perhitungan astronomi.
Solusi Persatuan dalam Memulai dan Mengakhiri Ramadhan
Jika kedua syarat di atas terpenuhi, umat Islam di seluruh dunia dapat bersatu dalam menjalankan puasa dan Idul Fitri secara serempak. Rasulullah ﷺ tidak hanya mengajarkan rukyat kepada penduduk Madinah, tetapi juga kepada seluruh umat Islam hingga hari kiamat.
Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an:
فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
"Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan engkau (Muhammad) sebagai hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap keputusan yang engkau berikan, dan mereka menerimanya dengan sepenuh hati." (QS. An-Nisaa’: 65)
Penerapan hukum Islam dalam segala aspek kehidupan akan membawa maslahat, mempersatukan umat, serta memberikan kemenangan atas musuh-musuh mereka. Oleh karena itu, kita memohon kepada Allah ﷻ agar membimbing para pemimpin Muslim untuk menerapkan syariat Islam secara menyeluruh dan menghindari segala bentuk perpecahan.