Tadabbur Surah Al-A'la Ayat 4 & 5: Merenungi Keagungan Penciptaan
Tadabbur Surah Al-A'la ayat 4-5 menjelaskan keagungan Allah dalam menciptakan tumbuhan dan siklus hidupnya. Ayat ini mengingatkan kita bahwa kehidupan dunia bersifat sementara, dan segala yang hidup akan mati.
Surah Al-A’la merupakan salah satu surah yang banyak dibaca oleh Rasulullah dalam berbagai kesempatan, seperti pada shalat Jumat dan shalat Id. Surah ini menegaskan tentang kebesaran Allah sebagai Sang Pencipta yang Maha Sempurna dalam segala sesuatu. Pada ayat keempat dan kelima, Allah menyinggung tentang peran-Nya sebagai pencipta makhluk hidup dan tumbuh-tumbuhan yang kemudian menjadi bagian dari rantai kehidupan yang penuh keteraturan.
Melalui tadabbur ini, kita akan menggali lebih dalam makna ayat-ayat tersebut, serta mengaitkannya dengan pemahaman dari hadis dan pendapat ulama. Semoga tadabbur ini membawa kita lebih dekat kepada kebesaran Allah dan memperkuat keimanan kita kepada-Nya.
Ayat Al-Quran dan Terjemahannya
Berikut adalah ayat 4 dan 5 dari Surah Al-A'la beserta terjemahannya:
آلَّذِي أَخْرَجَ الْمَرْعَىٰ (4) فَجَعَلَهُ غُثَاءً أَحْوَىٰ (5)
Latin:
Alladzi akhraja almar’aa (4)
Faja’alahu ghutsaa-an ahwaa (5)
Terjemahan:
“Yang menumbuhkan padang rumput (4)
lalu menjadikannya kering kehitam-hitaman (5)”
(QS. Al-A’la: 4-5)
Makna Ayat
Ayat 4: "Yang menumbuhkan padang rumput"
Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam ayat ini menjelaskan bahwa Dialah yang menumbuhkan segala macam tumbuhan di muka bumi. Kata "المَرْعَى" (al-mar'aa) merujuk pada segala macam tanaman hijau yang tumbuh di bumi, khususnya yang bermanfaat bagi hewan ternak. Hal ini menunjukkan betapa besar kekuasaan Allah dalam mengatur kehidupan di bumi, mulai dari menciptakan tanah yang subur hingga menyediakan makanan bagi makhluk hidup.
Proses ini begitu alami dan teratur, tetapi sering kali luput dari perhatian manusia. Padahal, jika direnungkan, menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dari tanah yang gersang adalah keajaiban yang hanya bisa dilakukan oleh Allah. Allah tidak hanya menciptakan tumbuhan, tetapi juga menciptakan sistem yang mendukung pertumbuhan mereka melalui air, tanah, dan sinar matahari.
Ayat 5: "Lalu menjadikannya kering kehitam-hitaman"
Ayat ini menggambarkan siklus kehidupan tumbuhan yang Allah ciptakan. Setelah tumbuh hijau dan subur, tumbuhan tersebut pada akhirnya akan mengering dan mati. Kata "غُثَاءً" (ghutsaa'an) merujuk pada daun-daun yang telah kering dan tercerai-berai, sedangkan "أَحْوَىٰ" (ahwaa) berarti warna kehitaman yang menjadi penanda bahwa tanaman tersebut telah mati.
Ayat ini juga mengandung hikmah bahwa segala sesuatu di dunia ini bersifat fana dan sementara. Begitu pula dengan kehidupan manusia. Dari kehidupan yang hijau dan subur (masa muda dan produktif), pada akhirnya akan datang masa di mana manusia melemah dan memasuki akhir hidupnya. Siklus alam ini menjadi tanda kebesaran Allah yang Maha Mengatur segala sesuatu, dari awal penciptaan hingga akhirnya kembali kepada-Nya.
Tafsir dan Pendapat Ulama
Para ulama memberikan penjelasan mendalam terkait kedua ayat ini. Menurut Ibnu Katsir, ayat ini mengingatkan kita bahwa Allah-lah yang mengatur kehidupan tumbuh-tumbuhan dari awal hingga akhirnya menjadi kering. Ini merupakan gambaran tentang kekuasaan Allah yang tak terbatas dan pengingat bagi manusia akan siklus kehidupan yang berlaku di dunia.
Al-Qurthubi juga menjelaskan bahwa kata "المرعى" dalam ayat ini merujuk pada segala sesuatu yang tumbuh di muka bumi yang menjadi sumber makanan, baik bagi manusia maupun hewan. Kemudian, "غثاء" adalah tanaman yang telah mati, menunjukkan bahwa semua yang hidup pada akhirnya akan mati dan binasa, kecuali Allah yang kekal.
Menurut Syekh As-Sa’di, ayat ini mengandung dua pesan utama. Pertama, Allah adalah pencipta segala sesuatu, dan kedua, bahwa kehidupan di dunia ini bersifat sementara. Segala sesuatu yang tumbuh akan mati, dan ini adalah sunnatullah yang berlaku untuk semua makhluk hidup di bumi. Oleh karena itu, manusia harus menyadari bahwa kehidupan dunia hanyalah persinggahan sementara menuju kehidupan yang lebih kekal, yaitu akhirat.
Hadis yang Berkaitan dengan Ayat Ini
Rasulullah SAW bersabda:
"Dunia ini hijau dan subur, dan sesungguhnya Allah menjadikan kalian sebagai khalifah di dunia. Maka berhati-hatilah terhadap dunia dan berhati-hatilah terhadap wanita."
(HR. Muslim)
Hadis ini menegaskan tentang sifat dunia yang indah dan penuh dengan kesenangan sementara, tetapi juga mengingatkan kita untuk tidak terjebak dalam kenikmatan dunia yang fana. Hubungannya dengan ayat 4 dan 5 Surah Al-A'la adalah bahwa segala kenikmatan dunia, termasuk tumbuh-tumbuhan dan kekayaan alam yang hijau dan subur, pada akhirnya akan layu dan binasa. Ini adalah pengingat bahwa kehidupan dunia hanyalah sementara, dan kita harus fokus pada akhirat.
Hikmah dari Tadabbur Surah Al-A'la Ayat 4 & 5
Dari tadabbur terhadap ayat-ayat ini, kita dapat mengambil beberapa hikmah penting:
-
Allah sebagai Pencipta dan Pengatur Kehidupan
Allah menegaskan bahwa Dialah yang menciptakan dan menumbuhkan segala sesuatu di dunia ini, termasuk tumbuh-tumbuhan. Siklus hidup tanaman menggambarkan kebesaran Allah dalam mengatur alam semesta. -
Kehidupan Dunia Bersifat Sementara
Ayat ini mengingatkan kita bahwa segala sesuatu di dunia ini bersifat sementara. Tumbuhan yang awalnya hijau dan subur pada akhirnya akan mati dan menjadi kering. Ini menggambarkan kehidupan manusia yang juga akan mengalami siklus serupa. -
Kehidupan Setelah Mati
Ayat ini juga memberikan pelajaran bahwa di balik kematian tumbuhan atau kehidupan yang sementara ini, ada kehidupan lain yang kekal. Sebagai manusia, kita harus mempersiapkan diri untuk kehidupan akhirat yang abadi. -
Kesadaran Ekologis
Ayat ini juga dapat kita jadikan sebagai pengingat untuk menjaga keseimbangan alam dan lingkungan. Allah menciptakan tumbuh-tumbuhan sebagai sumber makanan bagi makhluk hidup, dan kita sebagai khalifah di bumi harus merawatnya dengan baik.
Kaitan Ayat dengan Kehidupan Modern
Dalam konteks kehidupan modern, ayat ini juga relevan dalam menyadarkan kita akan pentingnya menjaga lingkungan. Pertumbuhan tanaman dan siklus hidupnya menggambarkan betapa pentingnya menjaga ekosistem agar tetap seimbang. Krisis lingkungan seperti perubahan iklim dan deforestasi adalah akibat dari ketidakpedulian manusia terhadap alam. Oleh karena itu, melalui ayat ini, kita diingatkan untuk kembali menghargai alam dan menjaga kelestariannya sebagai amanah dari Allah.