15 Waktu Mustajab Yang Wajib Diketahui Ketika Berdoa
Temukan 15 waktu mustajab untuk berdoa yang dijamin dikabulkan. Pelajari kapan saja momen terbaik untuk memohon kepada Allah agar doa lebih mudah terkabul.
Mengapa kita harus berdoa?
Setiap manusia pasti selalu memiliki permasalahan hidup dan tentunya membutuhkan sebuah solusi untuk menyelesaikan masalah itu. Namun, bagi seorang muslim atau muslimah, usaha dan pikiran tidak cukup untuk menyelesaikan masalah tersebut tapi juga perlu disandingkan dengan tawakkal dan doa kepada Allah Ta'ala sebagaimana disebutkan dalam surah Al-Fatihah, Allah berfirman:
اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُۗ ٥
Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan. (QS. Al-Fatihah:5)
Dari ayat tersebut, maka wajib seorang muslim atau muslimah meminta pertolongan hanya kepada Allah melalui doa-doanya. Namun, kadang kita sudah berusaha maksimal dan terus berdoa pada Allah tapi permasalahan yang kita alami belum juga selesai atau dengan kata lain doa kita belum terkabul. Tentu ini terjadi bisa karena beberapa hal baik itu dari segi keikhlasan, kesabaran, pengharapan, dan kebutuhan kita. Namun, dari semua hal itu kita juga perlu memperhatikan waktu kita berdoa, apakah kita sudah melakukannya di waktu mustajab? Karena termasuk kesungguhan seorang hamba mengharapkan doanya dikabulkan adalah dengan berdoa di waktu yang mustajab yang telah ditetapkan oleh Allah baik dalam Al-Qur'an maupun sunnah Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam.
Baca Juga : Doa Agar Otak Cerdas
Inilah 15 Waktu Mustajab yang Harus Kamu Ketahui agar Doamu bisa Terkabul
1. Waktu Sahur atau Sepertiga Malam Terakhir
Dalam hadits ini kita akan melihat keberkahan waktu sahur tersebut. Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ يَقُولُ مَنْ يَدْعُونِى فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِى فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِى فَأَغْفِرَ لَهُ
“Rabb kita tabaroka wa ta’ala turun ke langit dunia ketika tersisa sepertiga malam terakhir. Lantas Dia berfirman, “Siapa saja yang berdo’a kepada-Ku, maka akan Aku kabulkan. Siapa yang meminta kepada-Ku, maka akan Aku beri. Siapa yang meminta ampunan kepada-Ku, maka akan Aku ampuni.” (HR. Bukhari no. 1145 dan Muslim no. 758).
Imam An Nawawi rahimahullah berkata, “Pada waktu itu adalah waktu tersebarnya rahmat, banyak permintaan yang diberi dan dikabulkan, dan juga nikmat semakin sempurna kala itu.”
Ibnu Hajar juga menjelaskan hadits di atas dengan berkata, “Doa dan istighfar di waktu sahur adalah diijabahi (dikabulkan).” (Fathul Bari, 3: 32).
Hal di atas dikuatkan dengan firman Allah Ta’ala,
وَالْمُسْتَغْفِرِينَ بِالْأَسْحَارِ
“Dan orang-orang yang meminta ampun di waktu sahur.” (QS. Ali Imran: 17).
Maka sangat penting memanfaatkan waktu kita untuk memperbanyak berdoa di waktu sahur bukan lalai dengan media setelah makan sahur atau banyak berdoa saat melaksanakan shalat lail pada sepertiga waktu terakhir.
2. Ketika Berbuka Puasa
Perlu diketahui bahwa ketika hendak berbuka puasa adalah salah satu waktu terkabulnya do’a.
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ” ثَلَاثُ دَعَوَاتٍ لَا تُرَدّ، دَعْوَةُ الْوَالِدِ، وَدَعْوَةُ الصّـَائِمِ، وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ
“Dari Anas bin Malik Radhiyallahu’ anhu dia berkata, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Ada tiga orang yang do’anya tidak ditolak : (1) Doa orang tua kepada anaknya, (2) Orang yang berpuasa ketika berbuka, (3) Do’a orang yang sedang safar (musafir).” [HR. al-Baihaqi dan yang lainnya]. Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani di dalam kitab Silsilah Ahaadits as-Shahihah no. 1797)
Terkadang menjadi pertanyaan adalah apakah waktu mustajab berbuka puasa itu sebelum berbuka puasa (menjelang berbuka) atau setelah berbuka puasa. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin menjelaskan bahwa asalnya waktu mustajab adalah sebelum berbuka puasa (menjelang berbuka) karena inilah keadaan seorang hamba masih berpuasa, badan mungkin ada sedikit lemah dan butuh makanan serta butuh dengan Rabb-nya.
“Doa (yang mustajab) adalah sebelum/menjelang berbuka yaitu ketika akan terbenam matahari. Karena saat itu terkumpul (sebab-sebab mustajabnya doa) berupa hati yang tunduk dan perasaan rendah (di hadapan Rabb) karena ia berpuasa.
Baca juga : Mengapa Muslim Harus Berpuasa? Pertanyaan dan Jawaban Terlengkap
3. Malam Lailatul Qadar
Dari Abdullah bin Buraidah, bahwa Aisyah radhiallahu ‘anha, pernah mengatakan :
لَوْ عَلِمْتُ أَيُّ لَيْلَةٍ لَيْلَةُ الْقَدْرِ كَانَ أَكْثَرُ دُعَائِي فِيهَا أَسْأَلُ اللَّهَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ
“Jika saya tahu bahwa suatu malam itu adalah lailatul qadar, tentu doa yang paling banyak kuucapkan di malam itu, aku meminta kepada Allah ampunan dan terbebas dari masalah.” (HR. Ibnu Abi Syaibah dalam al-Mushannaf 29189. Al-Albani menilai riwayat ini shahih, dan beliau berkomentar, “Nampaknya, Aisyah mengatakan demikian karena pendapat pribadinya.” Simak Silsilah as–Shahihah, 7:1011).
Pada dasarnya, lailatul qadar termasuk waktu yang mustajab untuk berdoa. Karena setiap muslim bisa membaca doa apapun untuk kebaikan dunia dan akhiratnya. Dan doa Aisyah di atas adalah doa yang terbaik, karena doa ini diajarkan langsung oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada istri tercintanya. Oleh karena itu, doa ini dianjurkan untuk dibaca berulang-ulang.
4. Waktu Adzan Berkumandang
Selain dianjurkan untuk menjawab azan dengan lafaz yang sama, saat azan dikumandangkan pun termasuk waktu yang mustajab untuk berdoa. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
ثنتان لا تردان أو قلما تردان الدعاء عند النداء وعند البأس حين يلحم بعضهم بعضا
“Doa tidak tertolak pada dua waktu, atau minimal kecil kemungkinan tertolaknya. Yaitu ketika azan berkumandang dan saat perang berkecamuk, ketika kedua kubu saling menyerang” (HR. Abu Daud)
5. Diantara Adzan dan Iqamah
Waktu jeda antara azan dan iqamah adalah juga merupakan waktu mustajab untuk berdoa, berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam:
الدعاء لا يرد بين الأذان والإقامة
“Doa di antara azan dan iqamah tidak tertolak” (HR. Tirmidzi, 212, ia berkata: “Hasan Sahih”)
Sehingga sangat dianjurkan berdoa di waktu ini setelah menunaikan shalat sunnah dan memanfaatkan waktu jeda dengan memperbanyak doa.
6.Ketika Sedang Sujud Dalam Shalat
وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – : أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – قَالَ : (( أَقْرَبُ مَا يَكُوْنُ العَبْدُ مِنْ رَبِّهِ وَهُوَ سَاجِدٌ ، فَأكْثِرُوا الدُّعَاءَ )) رَوَاهُ مُسْلِمٌ .
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Keadaan yang paling dekat antara seorang hamba dengan Rabbnya adalah ketika ia sedang sujud, maka perbanyaklah berdoa pada saat itu.” (HR. Muslim)
Namun, perlu diketahui bahwa sujud yang dimaksud bukan sujud terakhir tapi semua sujud yang dilakukan boleh berdoa tentunya menggunakan bahasa Al-qur'an bila dilafazhkan dan cukup dalam hati bila menggunakan bahasa selain Al-Qur'an dan tidak dianjurkan dilakukan dalam shalat wajib karena wajib mengikuti imam dan diutamakan dalam shalat sunnah.
7. Setelah Tasyahud Sebelum Salam Di akhir Tahiyat
Dari Abu Umamah Radhiyallahu anhuma bahwa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya:
أَيُّ الدُّعَاءِ أَسْمَعُ ؟ قَالَ جَوْفَ اللَّيْلِ الآخِرِ وَدُبُرَ الصَّلَوَاتِ الْمَكْتُوْبَاتِ
Do’a apakah yang paling didengar (dikabulkan oleh Allâh Azza wa Jalla )? Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “(Do’a) di tengah malam (akhir malam) dan di ujung (akhir) shalat-shalat (lima waktu) yang wajib[HR. At-Tirmidzi]
Yang di maksud ‘akhir shalat yang wajib’ dalam hadits ini adalah setelah tasyahhud sebelum salam, sebagaimana yang dijelaskan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dan Syaikh Muhammad bin Shaleh al-‘Utsaimin.
Dalam hadits shahih lainnya dari ‘Abdullah bin Mas’ûd Radhiyallahu anhu, ketika Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan bacaan tahiyyat dan tasyahhud dalam shalat kepada para Sahabat Radhiyallahu anhum, di akhir hadits ini Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ثُمَّ يَتَخَيَّرُ مِنْ الدُّعَاءِ أَعْجَبَهُ إِلَيْهِ فَيَدْعُو
Kemudian (orang yang sedang shalat, setelah membaca tahiyyat dan tasyahhud) hendaknya dia memilih do’a yang paling disukainya dan berdo’a dengannya (ketika itu)[HR. Bukhari]
Demikian juga dalam hadits lain dari Fadhâlah bin ‘Ubaid Radhiyallahu anhu, bahwa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ثُمَّ يُصَلِّى عَلَى النَّبِى -صلى الله عليه وسلم- ثُمَّ يَدْعُو بَعْدُ بِمَا شَاءَ
Kemudian orang yang sedang shalat hendaknya membaca shalawat atas Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , lalu setelah itu berdo’a sesuai dengan keinginannya.”[HR. Abu Daud]
Kedua hadits ini menunjukkan perintah dan anjuran untuk memperbanyak do’a di saat ini.
Dalam kitab Shifatu Shalâtin Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ” (hlmn 183-187), Syaikh al-Albani rahimahullah membawakan banyak hadits shahih yang berisi do’a-do’a yang diucapkan dan diajarkan oleh Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk dibaca setelah tasyahhud dan sebelum salam dari shalat.
Bahkan sebagian Ulama mengatakan bahwa anjuran berdo’a di saat ini tidak hanya berlaku pada waktu duduk tahiyyat akhir, tapi juga berlaku pada waktu tahiyyat awal. Mereka berdalil dengan lafazh riwayat lain dari hadits ‘Abdullah bin Mas’ûd Radhiyallahu anhu di atas, bahwa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Jika kamu duduk (dalam shalat) di setiap dua raka’at, maka ucapkanlah: at-tahiyyaatu lillahi washalawaatu wathayyibaat… dan hendaknya dia memilih do’a yang paling disukainya lalu berdo’a kepada Allâh Azza wa Jalla ”
Dan tentunya doa yang dibaca adalah doa-doa pilihan yang telah ditetapkan dalam Al-Qur'an dan hadits bukan dengan menggunakan bahasa kita.
8. Hari Jum'at
Dari Abu Burdah bin Abi Musa Al Asy’ari. Ia berkata, “’Abdullah bin ‘Umar bertanya padaku, ‘Apakah engkau pernah mendengar ayahmu menyebut suatu hadits dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengenai waktu mustajabnya do’a di hari Jum’at?” Abu Burdah menjawab, “Iya betul, aku pernah mendengar dari ayahku (Abu Musa), ia berkata bahwa Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
هِىَ مَا بَيْنَ أَنْ يَجْلِسَ الإِمَامُ إِلَى أَنْ تُقْضَى الصَّلاَةُ
“Waktu tersebut adalah antara imam duduk ketika khutbah hingga imam menunaikan shalat Jum’at.”
Salah satu waktu mustajab untuk berdoa adalah ba’da ashar di hari Jumat. Sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam,
يَوْمُ الْجُمُعَةِ اثْنَتَا عَشْرَةَ سَاعَةً لاَ يُوجَدُ فِيهَا عَبْدٌ مُسْلِمٌ يَسْأَلُ اللهَ شَيْئًا إِلاَّ آتَاهُ إِيَّاهُ فَالْتَمِسُوهَا آخِرَ سَاعَةٍ بَعْدَ الْعَصْرِ
‘Pada hari Jum’at terdapat dua belas jam (pada siang hari), di antara waktu itu ada waktu yang tidak ada seorang hamba muslim pun memohon sesuatu kepada Allah melainkan Dia akan mengabulkan permintaannya. Oleh karena itu, carilah ia di akhir waktu setelah ‘Ashar.’[HR. Abu Dawud]
Imam Nawawi rahimahullah dalam Al-Adzkar berkata,
ويستحب الإكثار من الدعاء في جميع يوم الجمعة من طلوع الفجر إلى غروب الشمس رجاء مصادفة ساعة الإجابة ، فقد اختلف فيها على أقوال كثيرة ، فقيل : هي بعد طلوع الفجر وقبل طلوع الشمس ، وقيل : بعد طلوع الشمس وقيل : بعد الزوال ، وقيل : بعد العصر ، وقيل غير ذلك.
“Memperbanyak doa sangat dianjurkan pada sepanjang waktu dari hari Jumat, mulai dari terbit fajar Shubuh hingga tenggelam matahari pada hari Jumat. Ini agar mendapatkan waktu dikabulkannya doa. Para ulama telah berbeda pendapat mengenai waktu terkabulnya doa pada hari Jumat. Ada pendapat yang menyatakan bahwa waktunya adalah antara terbit fajar Shubuh pada hari Jumat hingga terbitnya matahari. Pendapat kedua menyatakan bahwa waktunya adalah setelah terbit matahari. Ada juga yang menyatakan waktu tersebut adalah setelah zawal, matahari tergelincir ke barat. Ada pula pendapat yang menyatakan bahwa waktu tersebut adalah setelah Ashar.
Ada pula pendapat lainnya.”
Syaikh Dr. ‘Abdul ‘Aziz Asy-Syayi’ hafizhahullah berkata ketika menyebutkan perkataan Imam Nawawi di atas dalam status twitternya (@aamshaya), “Andai saja setiap orang bersemangat berdoa pada setiap hari Jumat dalam keadaan berdiri, duduk, atau berbaring, lebih-lebih lagi setelah shalat ‘Ashar, maka ia akan mendapatkan waktu terkabulnya doa, ia akan mendapatkan kebaikannya, serta ia akan meraih kebahagiaan karena taufik dari Allah.”
9. Ketika Turun Hujan
Ibnu Qudamah dalam Al Mughni mengatakan, ”Dianjurkan untuk berdo’a ketika turunnya hujan, sebagaimana diriwayatkan bahwa Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
اُطْلُبُوا اسْتِجَابَةَ الدُّعَاءِ عِنْدَ ثَلَاثٍ : عِنْدَ الْتِقَاءِ الْجُيُوشِ ، وَإِقَامَةِ الصَّلَاةِ ، وَنُزُولِ الْغَيْثِ
“Carilah do’a yang mustajab pada tiga keadaan : [1] Bertemunya dua pasukan, [2] Menjelang shalat dilaksanakan, dan [3] Saat hujan turun.”
Begitu juga terdapat hadits dari Sahl bin Sa’d, beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
ثِنْتَانِ مَا تُرَدَّانِ الدُّعَاءُ عِنْدَ النِّدَاءِوَ تَحْتَ المَطَرِ
“Dua do’a yang tidak akan ditolak: [1] do’a ketika adzan dan [2] do’a ketika ketika turunnya hujan.”
Do’a yang amat baik dibaca kala itu adalah memohon diturunkannya hujan yang bermanfaat. Do’a yang dipanjatkan adalah,
اللَّهُمَّ صَيِّباً ناَفِعاً
“Allahumma shoyyiban naafi’aa [Ya Allah, turunkanlah pada kami hujan yang bermanfaat].”
Itulah yang Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam ucapkan ketika melihat turunnya hujan. Hal ini berdasarkan hadits dari Ummul Mukminin, ’Aisyah radhiyallahu ’anha,
إِنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- كَانَ إِذَا رَأَى الْمَطَرَ قَالَ « اللَّهُمَّ صَيِّباً نَافِعاً
”Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam ketika melihat turunnya hujan, beliau mengucapkan, ”Allahumma shoyyiban nafi’an” [Ya Allah turunkanlah pada kami hujan yang bermanfaat]”.
Baca Juga lebih lengkap : Keberkahan Doa dalam Memohon Hujan yang Baik
10.Hari Rabu antara Zhuhur dan Ashar
Diceritakan oleh sahabat Jabir bin Abdillah radhiallahu’anhu, ia berkata:
أن النبي صلى الله عليه وسلم دعا في مسجد الفتح ثلاثا يوم الاثنين، ويوم الثلاثاء، ويوم الأربعاء، فاستُجيب له يوم الأربعاء بين الصلاتين فعُرِفَ البِشْرُ في وجهه قال جابر: فلم ينزل بي أمر مهمٌّ غليظ إِلاّ توخَّيْتُ تلك الساعة فأدعو فيها فأعرف الإجابة
“Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam berdoa di Masjid Al Fath tiga kali, yaitu hari Senin, Selasa dan Rabu. Pada hari Rabu lah doanya dikabulkan, yaitu diantara dua shalat. Ini diketahui dari kegembiraan di wajah beliau. Berkata Jabir: ‘Tidaklah ada suatu perkara penting yang berat pada saya kecuali saya memilih waktu ini untuk berdoa, dan saya mendapati dikabulkannya doa saya‘”.
Dalam riwayat lain:
فاستجيب له يوم الأربعاء بين الصلاتين الظهر والعصر
“Pada hari Rabu lah doanya dikabulkan, yaitu di antara shalat Zhuhur dan Ashar” (HR. Al Bukhari dalam Al Adabul Mufrad no.704, Ahmad no. 14603, Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman no.3874).
11. Hari Arafah
Sebaik-baik do’a adalah do’a hari Arafah -9 Dzulhijjah-. Maksudnya, do’a ini paling cepat diijabahi. Sehingga kita diperintahkan untuk konsen melakukan ibadah yang satu ini di pada hari Arafah, apalagi untuk orang yang sedang wukuf di Arafah.
Dari ‘Aisyah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا مِنْ يَوْمٍ أَكْثَرَ مِنْ أَنْ يُعْتِقَ اللَّهُ فِيهِ عَبْدًا مِنَ النَّارِ مِنْ يَوْمِ عَرَفَةَ وَإِنَّهُ لَيَدْنُو ثُمَّ يُبَاهِى بِهِمُ الْمَلاَئِكَةَ فَيَقُولُ مَا أَرَادَ هَؤُلاَءِ
“Di antara hari yang Allah banyak membebaskan seseorang dari neraka adalah hari Arafah. Dia akan mendekati mereka lalu akan menampakkan keutamaan mereka pada para malaikat. Kemudian Allah berfirman: Apa yang diinginkan oleh mereka?” (HR. Muslim no. 1348).
Dari ‘Amr bin Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
خَيْرُ الدُّعَاءِ دُعَاءُ يَوْمِ عَرَفَةَ
“Sebaik-baik do’a adalah do’a pada hari Arafah.” (HR. Tirmidzi no. 3585. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan). Maksudnya, inilah doa yang paling cepat dipenuhi atau terkabulkan (Lihat Tuhfatul Ahwadzi, 10: 33).
Baca Juga : Cara Berniat Puasa Arafah dan Keutamaannya bagi Seorang Muslim
12. Saat Perang Berkecamuk
Salah satu keutamaan pergi ke medan perang dalam rangka berjihad di jalan Allah adalah doa dari orang yang berperang di jalan Allah ketika perang sedang berkecamuk, diijabah oleh Allah Ta’ala. Dalilnya adalah hadis yang sudah disebutkan di atas:
ثنتان لا تردان أو قلما تردان الدعاء عند النداء وعند البأس حين يلحم بعضهم بعضا
“Doa tidak tertolak pada dua waktu, atau minimal kecil kemungkinan tertolaknya. Yaitu ketika azan berkumandang dan saat perang berkecamuk, ketika kedua kubu saling menyerang” (HR. Abu Daud, 2540, Ibnu Hajar Al Asqalani dalam Nata-ijul Afkar, 1/369, berkata: “Hasan Sahih”)
13. Ketika Minum Air Zam-Zam
Salah satu keistimewaan zam-zam, air ini bisa memberikan khasiat sesuai niat peminumnya.
Dari sahabat Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَاءُ زَمْزَمَ لِمَا شُرِبَ لَهُ
“Air zam-zam, berkhasiat sesuai niat peminumnya.” (HR. Ahmad 14849, Ibn Majah 3178, dan dihasankan Syuaib al-Arnauth).
Ada banyak praktek yang dilakukan para ulama ketika mengamalkan hadis ini, diantaranya,
Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ketika minum zam-zam, beliau berdoa,
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا وَرِزْقًا وَاسِعًا وَشِفَاءً مِنْ كُلِّ دَاءٍ
Ya Allah, aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rizki yang luas dan obat dari setiap penyakit. (HR. Abdurrazaq 9112)
Doa Ibnu Mubarok ketika minum zam-zam.
Ibnul Mubarok, ulama ahli hadis zaman Tabi’ Tabiin, ketika minum air zam-zam, beliau mengatakan,
اللهم إن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال : ماء زمزم لما شرب له ” فاللهم إني أشربه لعطش يوم القيامة
Ya Allah, sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Air zam-zam, berkhasiat sesuai niat ketika minum. Karena itu ya Allah, aku minum ini agar tidak kehausan di hari kiamat.” (Mu’jam Ibnul Muqri’, 364).
Imam Hakim an-Naisaburi, penulis kitab Mustadrak. Beliau pernah mengatakan,
شربت ماء زمزم وسألت الله أن يرزقنى حسن التصنيف
“Saya minum air zam-zam dan saya memohon kepada Allah agar Dia memberiku bisa menghasilkan karya yang bagus.”
Allah kabulkan keinginan ini, dengan Allah beri banyak karya bagus dari al-Hakim, diantaranya al-Mustadrak ‘ala Shahihain.
14. Ketika Melihat Orang lain Mendapat Nikmat
Salah satu ujian yang diberikan oleh Allah kepada Nabi Zakaria adalah lama tak mempunyai keturunan sampai menginjak masa tua. Beliau tak bosan untuk berdoa agar diberi keturunan, karena melihat kondisi umatnya yang susah diatur, banyak kemunkaran di mana-mana, sedangkan kondisi istrinya divonis mandul, beliau hanya tawakal serta tak henti-hentinya untuk berusaha agar diberi keturunan.
Kisah ini tertuang dalam Alquran Surat Maryam yang
Artinya: yaitu tatkala ia berdoa kepada Tuhannya dengan suara yang lembut(3). Ia berkata “Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada Engkau, ya Tuhanku(4). Dan sesungguhnya aku khawatir terhadap mawaliku sepeninggalku, sedang isteriku adalah seorang yang mandul, maka anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang putera(5), yang akan mewarisi aku dan mewarisi sebahagian keluarga Ya’qub; dan jadikanlah ia, ya Tuhanku, seorang yang diridhai”.(6)
Dari kisah itu dijelaskan bahwa Nabi zakaria saat itu melihat banyak buah-buahan di mihrab Maryam dan bertanya padanya darimana buah itu? Lalu Maryam menjawab bahwa Allah memberi rezeki pada hamba-Nya yang dikehendaki maka beliau pun berdoa dan doanya pun dikabulkan yakni diberi keturunan yang shaleh di usianya yang sudah tua. Dan dijelaskan ulama kita ini adalah waktu ustajab berdoa ketika melihat orang lain mendapat nikmat dari Allah.
15. Setelah Shalat Fardhu (Setelah Dzikir)
Abu Umamah radiyallahu ‘anhu mengatakan, “seseorang bertanya kepada Rasulullah ṣallallahu ‘alaihi wasallam, ‘apakah doa yang berpotensi dikabulkan? Maka Rasulullah ṣallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘doa di akhir malam, dan doa setelah salat wajib’.” (HR. Tirmidzi.)
Ulama berbeda pendapat terkait hadits ini yakni ada yang mengatakan sebelum salam sebagaimana kita sebutkan diatas (salah satu waktu mustajab berdoa) dan yang kedua setelah shalat fardhu) dan ini juga dianggap sebagai sunnah sebagai ulama tapi dilakukan setelah dzikir sebagaiman kita ketahui amalan ini lebih utama dikerjakan setelah shalat dan dilakukan sendiri-sendiri bukan berjamaah. Dan tidak ada larangan. Pada riwayat lain juga Rasulullah pernah melihat seorang sahabat berdoa setelah sholat (setelah dzikir) dan Rasulullahﷺ tidak menegurnya. Diamnya Rasulullah pertanda persetujuan beliau. Bila hal itu munkar maka pasti beliau menegurnya tapi tentunya setelah melaksanakan hak hak shalat wajib seperti dzikir dan tidak dilakukan secara berjamaah.
Berdoalah, Allah Akan Mengabulkannya
Secara umum Allah memerintahkan hamba-Nya untuk berdoa, memohon dan memelas kepada-Nya. Allah juga telah menjanjikan akan mengabulkan permohonan hamba tersebut. Allah berfirman,
ﺍﺩْﻋُﻮﻧِﻲ ﺃَﺳْﺘَﺠِﺐْ ﻟَﻜُﻢْ ﺇِﻥَّ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻳَﺴْﺘَﻜْﺒِﺮُﻭﻥَ ﻋَﻦْ ﻋِﺒَﺎﺩَﺗِﻲ ﺳَﻴَﺪْﺧُﻠُﻮﻥَ ﺟَﻬَﻨَّﻢَ ﺩَﺍﺧِﺮِﻳﻦَ
“Berdoalah kepadaKu, Aku akan kabulkan doa kalian. Sungguh orang-orang yang menyombongkan diri karena enggan beribadah kepada-Ku, akan dimasukkan ke dalam neraka Jahannam dalam keadaan hina dina” (QS. Ghafir: 60).
Merasa Doa Tidak Dikabulkan?
Jika tidak terkabulkan di dunia, maka pasti akan dikabulkan di akhirat dan disimpan sebagai satu kebaikan,
عَنْ أَبِى سَعِيدٍ أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « ما مِنْ مُسْلِمٍ يَدْعُو بِدَعْوَةٍ لَيْسَ فِيهَا إِثْمٌ وَلاَ قَطِيعَةُ رَحِمٍ إِلاَّ أَعْطَاهُ اللَّهُ بِهَا إِحْدَى ثَلاَثٍ إِمَّا أَنْ تُعَجَّلَ لَهُ دَعْوَتُهُ وَإِمَّا أَنْ يَدَّخِرَهَا لَهُ فِى الآخِرَةِ وَإِمَّا أَنُْ يَصْرِفَ عَنْهُ مِنَ السُّوءِ مِثْلَهَا ». قَالُوا إِذاً نُكْثِرُ. قَالَ «اللَّهُ أَكْثَرُ»
“Abu Sa’id radhiallahu ‘anhu berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata: “Tidak ada seorangpun yang berdoa dengan sebuah dosa yang tidak ada dosa di dalamnya dan memutuskan silaturrahim, melainkan Allah akan mengabulkan salah satu dari tiga perkara, [1] baik dengan disegerakan baginya (pengabulan doanya) di dunia atau [2]dengan disimpan baginya (pengabulan doanya) di akhirat atau [3] dengan dijauhkan dari keburukan semisalnya”, para shahabat berkata: “Wahai Rasulullah, kalau begitu kami akan memperbanyak doa?” Beliau menjawab: “Allah lebih banyak (pengabulan doanya).”[1]
Oleh karena itu Allah malu jika hambanya berdoa kemudian kembali dengan tangan hampa. Dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda,
إن ربكم تبارك وتعالى حيي كريم يستحي من عبده إذا رفع يديه إليه أن يردهما صفرا
“Sesunguhnya Rabb kalian tabaraka wa ta’ala Maha Pemalu lagi Maha Mulia. Dia malu terhadap hamba-Nya, jika hamba tersebut menengadahkan tangan kepada-Nya, lalu kedua tangan tersebut kembali dalam keadaan hampa.”
Kuncinya adalah, doa pasti akan dikabulkan oleh Allah tapi waktunya hanya Allah yang tahu kapan dan apakah itu terjadi di dunia atau akhirat juga hanya Allah yang tahu. Kita hanya perlu terus berusaha, ikhtiar, sabar, dan senantiasa meningkatkan amal ibadah kita dan yakin bahwa Allah akan menyelesaikan permasalahan kita dan memberi kita rezeki dari arah yang tidak kita sangka. Wallahu Ta'ala A'lam.