Menjadi Muslih dan Membangun Kehidupan untuk Akhirat

Tarbiyah bertujuan membentuk pribadi muslih yang memperbaiki diri dan masyarakat. Pelajari bagaimana dakwah, adab, dan kesyukuran menjadi jalan menuju keselamatan akhirat.

Menjadi Muslih dan Membangun Kehidupan untuk Akhirat

Dalam kehidupan ini, setiap manusia akan dihisab oleh Allah SWT. Bukan hanya atas perbuatan buruk, bahkan harta yang kita peroleh secara halal pun akan dimintai pertanggungjawaban. Apalagi harta yang didapatkan dari jalan yang haram. Hal ini menjadi pengingat kuat bahwa hidup di dunia hanyalah sementara, dan setiap detil kehidupan kita akan diperiksa.

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an:

فَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَّرَهٗۚ ۝٧وَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَّرَهٗࣖ ۝٨

"Maka barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa mengerjakan kejahatan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya." (QS. Az-Zalzalah: 7-8)

Tarbiyah (pendidikan Islam) hadir bukan hanya untuk memperkaya pengetahuan, tapi untuk membentuk pribadi yang sadar akan tanggung jawab akhirat. Tujuan tarbiyah yang paling utama adalah untuk mendapatkan kemuliaan dari Allah SWT.

Kapan Manusia Dikatakan Selamat?

Selamatnya manusia bukan saat memiliki harta berlimpah, jabatan tinggi, atau pengaruh besar. Keselamatan sejati adalah ketika kaki kanan kita telah memasuki surga Allah. Karena itu, tarbiyah harus mengarahkan setiap Muslim pada tujuan hakiki: keselamatan dan keridhaan Allah.

Rasulullah SAW bersabda:

"Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga." (HR. Muslim)

Ilmu adalah kendaraan menuju surga. Ilmu yang benar akan membimbing kita kepada amal yang benar, dan amal yang benar akan membawa kita kepada kehidupan akhirat yang selamat.

Menjadi Muslih: Pribadi yang Melakukan Perbaikan

Muslih adalah pribadi yang tidak hanya memperbaiki dirinya, tetapi juga aktif dalam memperbaiki lingkungan sekitarnya. Ia menjadi agen perubahan dan sumber inspirasi. Ciri-ciri Muslih adalah:

1. Senantiasa Berdakwah dan Menebar Kebaikan

Sebagaimana firman Allah dalam QS. Hud: 88:

"Aku tidak bermaksud kecuali (mendatangkan) perbaikan selama aku masih berkesanggupan. Dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah. Hanya kepada-Nya aku bertawakal dan hanya kepada-Nya aku kembali."

Muslih tidak diam ketika melihat kemungkaran. Ia menyeru pada kebaikan, mengajak manusia kepada Islam, dan menyampaikan risalah walaupun hanya satu ayat.

2. Mensyukuri Nikmat dan Menjaga Kesadaran sebagai Hamba

Muslih selalu mengingat nikmat Allah dan menyikapinya dengan rasa syukur. Ia tahu bahwa setiap rezeki yang datang adalah amanah.

Tingkatan rezeki dalam Islam bukan hanya halal, tetapi juga:

  • Halal: Tidak melanggar syariat.

  • Thayyib: Baik, bersih, tidak tercampur unsur syubhat.

  • Hasan: Memberikan keberkahan dan mendekatkan diri kepada Allah.

Namun rezeki terbaik bukan sekadar materi, melainkan kesyukuran. Rezeki akan menjadi barokah jika mendorong kita untuk semakin mengenal diri sebagai hamba dan menunaikan ibadah dengan lebih baik.

3. Bertanggung Jawab dalam Dakwah

Rasulullah bersabda:

"Sampaikan dariku walau satu ayat."

Kewajiban kita adalah menyampaikan, bukan memaksa. Setelah dakwah disampaikan, selebihnya kita bertawakal kepada Allah.

Allah tidak membebani seseorang di luar kemampuannya. Maka jika kita sudah berdakwah dengan sungguh-sungguh, serahkan hasilnya kepada Allah.

Doa juga bagian dari dakwah. Jangan pernah lelah mendoakan orang-orang yang kita dakwahi. Mungkin hati mereka belum terbuka hari ini, tapi dengan doa yang tulus, hidayah bisa datang kapan saja.

4. Mampu Berinteraksi dengan Objek Dakwah

Seorang Muslih harus memiliki adab yang baik dalam berdakwah. Tidak mencela, tidak merendahkan, dan tidak merasa lebih tinggi dari orang lain. Bisa jadi orang yang kita dakwahi hari ini adalah orang yang kelak lebih baik dari kita.

Adab lebih tinggi nilainya daripada ilmu. Rasulullah SAW adalah contoh sempurna adab dalam berdakwah.

Kisah Abu Bakar RA yang tetap melayani rakyatnya, bahkan mencuci dan membersihkan rumah seorang nenek, menunjukkan bahwa pemimpin sejati adalah yang tetap rendah hati.

Bahkan Umar RA pernah berkata:

"Siapa pun yang menggantikanmu (wahai Abu Bakar), sungguh telah memikul tanggung jawab besar karena kebaikan yang kau lakukan sulit untuk ditandingi."

5. Menjadi Agen Perubahan Dimanapun Berada

Muslih adalah agen perubahan. Ke mana pun ia pergi, akan ada kebaikan yang mengikuti. Lingkungan di sekitarnya terasa hidup, damai, dan penuh semangat perbaikan.

Ia bukan sumber perpecahan, bukan pula penyebar kebencian. Tapi pemersatu umat dan pembangun peradaban.

6. Aktif dalam Dakwah Fardiyah

Dakwah fardiyah adalah dakwah personal, satu lawan satu. Dakwah ini sangat efektif karena dilakukan melalui pendekatan emosional dan relasi dekat, seperti sahabat, keluarga, atau tetangga.

Dakwah ini menuntut kesabaran, perhatian, dan konsistensi. Inilah ladang pahala besar bagi para Muslih sejati.

7. Membangun, Bukan Menghancurkan

Muslih bukan hanya pandai mengkritik, tetapi juga cerdas memberi solusi. Ia membangun:

  • Persatuan

  • Kekuatan umat

  • Rasa cinta di tengah perbedaan

Ia tidak menciptakan konflik, tapi menyatukan langkah. Ia tidak menghakimi, tapi menginspirasi.

Dunia Bisa Diperbaiki, Akhirat Lebih Sulit

Masalah dunia bisa diperbaiki: bangunan rusak bisa direnovasi, harta hilang bisa dicari, reputasi buruk bisa dibangun kembali. Tapi urusan akhirat jauh lebih berat jika tidak dipersiapkan sejak sekarang.

Maka tarbiyah sejati bukan hanya membentuk intelektual, tetapi membangun kesadaran ruhani dan kesungguhan beribadah, serta semangat berdakwah sebagai bekal akhirat.

"Perbaikilah shalat kalian, niscaya Allah akan memperbaiki urusan-urusan kalian."

Jika ibadah inti kita sudah benar, maka Allah akan membantu menyelesaikan urusan dunia. Sebaliknya, jika kita menyepelekan ibadah, maka kerusakan akan merambat ke banyak aspek kehidupan.

Penutup: Tunaikan Kewajiban, Allah Akan Menunaikan Hak Kita

Dalam tarbiyah, kita diajarkan untuk fokus menunaikan kewajiban sebagai hamba: shalat, berdakwah, berbuat baik, menjaga lisan, menunaikan amanah. Jika itu kita lakukan maksimal, maka Allah akan menunaikan hak kita: rezeki, pertolongan, perlindungan, dan tempat di surga-Nya.

Tarbiyah sejati adalah jalan untuk menjadi Muslih sejati. Bukan hanya menjadi baik, tapi membaikkan. Bukan hanya selamat sendiri, tapi membawa orang lain menuju keselamatan.

Semoga Allah menjadikan kita pribadi yang sadar bahwa hidup ini adalah ladang akhirat, dan menjadikan kita bagian dari mereka yang terus memperbaiki diri dan mengajak kepada kebaikan hingga kaki kita benar-benar menginjak surga.

Aamiin.