Malam Satu Suro dan Mitos - Mitosnya Menurut Pandangan Islam

Pandangan Islam tentang malam satu Suro: mitos-mitos yang salah, dalil sahih tentang bulan Muharram, dan cara menghindari syirik dengan mengikuti ajaran tauhid dan sunnah

Malam Satu Suro dan Mitos - Mitosnya Menurut Pandangan Islam

Malam satu Suro, yang jatuh pada tanggal 1 Muharram dalam kalender Hijriyah, adalah malam yang memiliki makna khusus bagi sebagian masyarakat Jawa di Indonesia. Mereka sering menganggap malam ini sebagai malam yang sakral dan penuh dengan berbagai mitos serta ritual tradisional. Namun, dari sudut pandang Islam, penting untuk memahami ajaran yang benar dan menghindari keyakinan serta praktik yang menjurus kepada syirik (penyekutuan Allah). Artikel ini akan membahas pandangan Islam tentang malam satu Suro, mitos-mitos yang terkait, dalil-dalil sahih terkait bulan Muharram, serta pandangan yang menjauhkan dari syirik.

Mitos-Mitos Seputar Malam Satu Suro

Berikut ini beberapa mitos yang berkembang di masyarakat terkait malam satu Suro:

Kesialan:

Salah satu mitos yang beredar adalah bahwa malam satu Suro adalah malam penuh kesialan. Banyak orang menghindari bepergian atau melakukan aktivitas penting pada malam ini karena takut akan celaka. Hal ini bertentangan dengan ajaran Islam yang tidak mengajarkan adanya hari atau malam tertentu yang membawa kesialan.

Ritual dan Sesaji:

Beberapa komunitas melakukan berbagai ritual khusus pada malam satu Suro. Mereka memberikan sesaji kepada roh leluhur atau kekuatan gaib untuk menghindari bencana. Praktik ini termasuk syirik, karena meminta pertolongan kepada selain Allah.

Larangan Pernikahan:

Ada pula kepercayaan bahwa menikah pada bulan Suro akan membawa kesialan dan kehidupan rumah tangga yang tidak bahagia. Kepercayaan ini tidak memiliki dasar dalam Islam dan merupakan mitos belaka.

Pandangan Islam

Dalam Islam, bulan Muharram, termasuk malam satu Suro, adalah bulan yang mulia. Rasulullah SAW sangat menganjurkan umatnya untuk berpuasa pada hari Asyura (10 Muharram) sebagai bentuk ibadah yang penuh keberkahan. Namun, tidak ada dalil yang mendukung keyakinan bahwa malam satu Suro membawa kesialan atau membutuhkan ritual tertentu.

Dalil-Dalil Sahih tentang Bulan Muharram

Keutamaan Bulan Muharram:

Rasulullah SAW bersabda:

أفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللهِ الْمُحَرَّمُ

"Sebaik-baik puasa setelah Ramadan adalah puasa di bulan Allah, yaitu Muharram." (HR. Muslim).

Hadis ini menunjukkan bahwa bulan Muharram memiliki keutamaan khusus, namun tidak berarti bahwa malam satu Suro membawa kesialan atau memerlukan ritual tertentu.

Puasa Asyura:

Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda:

أفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللهِ الْمُحَرَّمُ

"Puasa yang paling utama setelah puasa Ramadan adalah puasa di bulan Muharram." (HR. Muslim).

Hadis ini mempertegas bahwa bulan Muharram adalah waktu yang dianjurkan untuk berpuasa, terutama pada hari Asyura (10 Muharram).

Menyelisihi Yahudi:

Dari Ibnu Abbas RA, ketika Rasulullah SAW tiba di Madinah, beliau mendapati orang Yahudi berpuasa pada hari Asyura. Mereka berkata:

هَذَا يَوْمٌ عَظِيمٌ، أَنْجَى اللهُ فِيهِ مُوسَى وَقَوْمَهُ، وَغَرَّقَ فِرْعَوْنَ وَقَوْمَهُ، فَصَامَهُ مُوسَى شُكْرًا، فَنَحْنُ نَصُومُهُ

"Hari ini adalah hari yang agung, ketika Musa diselamatkan oleh Allah dan Firaun ditenggelamkan, maka Musa berpuasa sebagai tanda syukur." Rasulullah SAW bersabda:

نَحْنُ أَحَقُّ وَأَوْلَى بِمُوسَى مِنْكُمْ

"Kami lebih berhak mengikuti Musa daripada kalian." Beliau kemudian berpuasa dan memerintahkan umat Islam untuk berpuasa pada hari itu. (HR. Bukhari dan Muslim).

Menghindari Syirik

Islam sangat menekankan tauhid, yaitu keesaan Allah SWT. Syirik, atau penyekutuan Allah dengan sesuatu, adalah dosa besar dalam Islam. Oleh karena itu, segala bentuk ritual yang bertujuan untuk meminta pertolongan atau perlindungan dari selain Allah, seperti roh leluhur atau kekuatan gaib, termasuk syirik dan harus dihindari.

Beberapa pandangan dan praktik yang dapat menghindarkan dari syirik adalah:

Berdoa Hanya Kepada Allah: Semua doa dan permohonan harus ditujukan hanya kepada Allah SWT, bukan kepada makhluk-Nya. Allah berfirman dalam Al-Qur'an:

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ ۖ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ

"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku." (QS. Al-Baqarah: 186).

Mengikuti Sunnah Rasulullah SAW: Mengamalkan sunnah-sunnah yang sahih seperti puasa Asyura untuk mendapatkan keberkahan bulan Muharram. Rasulullah SAW bersabda:

عَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيِّينَ تَمَسَّكُوا بِهَا وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ

"Berpegang teguhlah kalian pada sunnahku dan sunnah Khulafa' Ar-Rasyidin yang mendapat petunjuk. Gigitlah sunnah itu dengan gigi geraham." (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi).

Menjauhi Ritual Tidak Islami: Menghindari ritual-ritual yang tidak ada dasar dalam syariat Islam dan yang menjurus pada penyekutuan Allah. Sebagai contoh, Rasulullah SAW bersabda:

مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ فِيهِ فَهُوَ رَدٌّ

"Barang siapa yang mengada-ada dalam urusan agama kami ini sesuatu yang tidak ada dasarnya, maka hal itu tertolak." (HR. Bukhari dan Muslim).

Kesimpulan

Malam satu Suro, menurut sebagian masyarakat Indonesia, adalah malam yang sakral dan penuh dengan berbagai mitos. Namun, dalam pandangan Islam, malam tersebut tidak memiliki kekhususan yang membawa kesialan atau membutuhkan ritual tertentu. Bulan Muharram adalah bulan yang mulia dalam Islam, dan dianjurkan untuk berpuasa pada hari Asyura sebagai bentuk syukur kepada Allah SWT.

Penting bagi umat Islam untuk menjauhi keyakinan dan praktik yang dapat menjurus kepada syirik dan tetap berpegang teguh pada ajaran tauhid serta sunnah Rasulullah SAW. Dengan demikian, kita dapat menjaga kemurnian akidah dan menjalani ibadah sesuai dengan tuntunan yang benar.

Dalam menghadapi berbagai tradisi dan kepercayaan lokal, umat Islam hendaknya selalu merujuk kepada Al-Qur'an dan sunnah Nabi SAW sebagai panduan utama, serta berkonsultasi dengan ulama yang memiliki pemahaman mendalam tentang syariat Islam. Ini penting agar kita tidak terjebak dalam praktik-praktik yang bertentangan dengan ajaran Islam dan dapat menjaga keutuhan iman kita kepada Allah SWT.