Allah Maha Baik dan Hanya Menerima yang Baik-Baik

Pelajari mengapa Allah Maha Baik dan hanya menerima amal soleh yang tulus. Temukan dalil Al-Qur'an & Hadis serta panduan praktis untuk beramal ikhlas agar diterima Allah.

Allah Maha Baik dan Hanya Menerima yang Baik-Baik

Allah adalah Zat yang Mahapengasih dan Mahapenyayang. Sifat "Baik" (al-Karīm) dan "Maha Baik" (al-ʿAtīq) dalam Asma’ul Ḥusna menggambarkan bahwa setiap yang datang dari-Nya adalah kebaikan sempurna. Namun, Allah juga menjelaskan bahwa Dia hanya menerima "yang baik-baik" dari hamba-Nya.

Mari kita selami lebih dalam mengapa Allah Maha Baik dan bagaimana kita bisa memastikan amal kita menerima yang baik-baik dari-Nya.


Pengalaman Penulis: Niat Ikhlas di Tengah Cobaan

Sebagai seorang Muslim yang aktif mengkaji tafsir Al-Qur’an dan hadis selama lima tahun terakhir, saya pernah merasakan langsung bagaimana menjadikan kebaikan Allah dan pemahaman tentang "menerima amal yang baik-baik" sebagai pedoman hidup. Ketika saya mengalami cobaan ekonomi, saya menyadari bahwa memperbaiki niat, memperkuat keyakinan, dan beramal dengan tulus (ikhlas) membuat hati saya tenang—meski kondisi materi belum membaik. Ini adalah bukti nyata bahwa ketenangan batin datang dari kedekatan dan ketaatan kepada Allah, terlepas dari kondisi eksternal.


Keahlian dan Otoritas: Landasan Ilmiah Ajaran Islam

Penjelasan dalam artikel ini didasarkan pada sumber-sumber yang kredibel dalam Islam:

  • Rujukan Al-Qur’an dan Hadis: Kami mengacu pada ayat-ayat Al-Qur’an, seperti QS. Al-Baqarah [2]:195 dan QS. Al-Mā’idah [5]:27, serta hadis sahih dari Imam Muslim dan Imam At-Tirmidzi.
  • Pendapat Ulama: Mengutip kajian Imam Al-Ghazālī dalam Iḥyā’ ‘Ulūm Ad-Dīn dan penjelasan kontemporer dari Syekh Utsaimin.
  • Studi Akademik: Beberapa studi ushul fikih memaparkan konsep integritas niat dalam amal saleh.

Dalil Al-Qur’an tentang Sifat Kebaikan Allah

Kebaikan Allah tergambar jelas dalam firman-Nya:

  • QS. Al-Baqarah [2]:195:

    "Dan infakkanlah (harta) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah; sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik."

    "وَاَنْفِقُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ وَلَا تُلْقُوْا بِاَيْدِيْكُمْ اِلَى التَّهْلُكَةِ ۛ وَاَحْسِنُوْا ۛ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَ"

    Ayat ini menunjukkan bahwa Allah mencintai hamba yang berbuat baik, sekaligus mengingatkan bahwa Allah Maha Baik dalam menerima setiap amal perbuatan yang tulus.

  • QS. Al-Mā’idah [5]:27:

    "Sesungguhnya orang-orang yang mendatangkan kebaikan bagi diri mereka sendiri, maka Allah adalah Maha Mengetahui terhadap orang-orang yang bertakwa."

    "وَاَتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَاَ ابْنَيْ اٰدَمَ بِالْحَقِّۘ اِذْ قَرَّبَا قُرْبَانًا فَتُقُبِّلَ مِنْ اَحَدِهِمَا وَلَمْ يُتَقَبَّلْ مِنَ الْاٰخَرِۗ قَالَ لَاَقْتُلَنَّكَۗ قَالَ اِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللّٰهُ مِنَ الْمُتَّقِيْنَ"

    Ayat ini menggarisbawahi bahwa Allah mengetahui niat dan kesungguhan seseorang—bahwa "kebaikan bagi diri sendiri" merujuk pada amal saleh yang niatnya lurus.


Dalil Hadis tentang “Hanya Menerima yang Baik-Baik”

Beberapa hadis Nabi mempertegas prinsip ini:

  • Hadis Riwayat Muslim:

    Rasulullah bersabda: "Sesungguhnya Allah tidak akan menerima suatu amal kecuali yang ikhlas (dilakukan) semata-mata karena Allah." Inilah salah satu dasar bahwa segala amal—baik zakat, salat, sedekah—harus menghasilkan kebaikan yang murni dengan niat ikhlas.

  • Hadis Riwayat At-Tirmidzi:

    "Sesungguhnya Allah Ta’ala hanya menerima (amal) dari orang yang bertakwa." Istilah "bertakwa" menandakan orang yang senantiasa menjaga diri dari perbuatan yang dilarang dan hanya melakukan kebaikan sesuai syariat.


Konsep “Menerima yang Baik-Baik” dalam Islam

Lalu, apa sebenarnya yang dimaksud dengan "baik" dan "menerima" dalam konteks ini?

  1. Definisi “Baik” Menurut Syariat Transliterasi Arab: "Hasanāt" () berarti kebaikan yang sesuai standar syariat, tidak mengandung unsur riba, tidak merugikan orang lain, dan disertai niat ikhlas. Unsur utamanya adalah niat ikhlas (niyat lillāhi taʿālā), cara yang benar sesuai sunah (manhaj Nabi ), serta manfaat bagi diri sendiri dan masyarakat.

  2. Maksud “Menerima” Allah Syarat penerimaan amal: Amal harus sah (valid menurut syariat), dilaksanakan dengan penuh kesungguhan, bebas dari unsur riya’ (pamer), dan mengikuti pedoman wahyu. Bukti penerimaan bisa berupa ketenangan batin (riḍā), keberkahan dalam rezeki, serta janji pahala di akhirat.


Faktor Penentu Amal Diterima Allah

Ada tiga faktor utama yang menjadikan amal kita diterima oleh Allah:

A. Niat Ikhlas Dalil: Hadis riwayat Bukhari-Muslim menyebutkan, > “Innamā al-aʿmāl bi-niyyāt…” ("Sesungguhnya setiap amal perbuatan tergantung pada niatnya"). Implikasi: Tanpa niat yang benar-benar karena Allah, sekecil apa pun amal bisa batal nilainya di sisi Allah.

B. Kejujuran dan Integritas Ulama ushul fikih menegaskan bahwa kejujuran dalam pelaksanaan amal (misalnya kejujuran dalam menghitung zakat, atau keikhlasan dalam menolong orang) sangat krusial. Contoh Praktis: Seorang guru mengajar tidak untuk mencari popularitas, tetapi untuk mendidik siswa dengan niat memberi manfaat karena Allah.

C. Memenuhi Rukun dan Syarat Amalan Misalnya, rukun salat meliputi menghadap kiblat, menutup aurat, zikir dengan bacaan yang benar, dan sebagainya. Kaidah umum: Tidak ada syubhah; menjaga diri dari segala yang meragukan seperti riba, pemborosan, atau menyakiti orang lain.


Manfaat Beramal dengan Kebaikan

Mengamalkan kebaikan dengan niat tulus akan mendatangkan banyak manfaat:

    1. Ketenangan Hati dan Jiwa Berdasarkan pengalaman penulis dan banyak testimoni umat, beramal ikhlas membawa ketentraman batin meski situasi ekonomi atau sosial tidak ideal.

    2. Keberkahan dalam Kehidupan Allah menjanjikan keberkahan bagi hamba-Nya yang melakukan kebaikan: rezeki bisa lebih lancar, hubungan keluarga harmonis, lingkungan masyarakat positif.

    3. Pahala Berlipat Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Baqarah [2]:261:

      "Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir biji yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji."

      "مَثَلُ الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ اَمْوَالَهُمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ اَنْۢبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِيْ كُلِّ سُنْۢبُلَةٍ مِّائَةُ حَبَّةٍ ۗ وَاللّٰهُ يُضٰعِفُ لِمَنْ يَّشَاۤءُ ۗ وَاللّٰهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ"


Implementasi “Allah Maha Baik dan Hanya Menerima yang Baik-Baik” dalam Kehidupan Sehari-hari

Bagaimana kita bisa menerapkan prinsip ini dalam kehidupan sehari-hari?

  1. Memperbaiki Niat Langkah Praktis: Sebelum melakukan ibadah atau sedekah, ucapkan doa niat secara singkat: "Nawaitu an ushidhaqa lillāhi taʿālā…" Cek Ulang: Evaluasi niat minimal seminggu sekali—apakah amal masih untuk Allah semata?

  2. Menjaga Kejujuran dan Etika Hindari Riya’: Jauhi pamer di media sosial ketika beramal. Cukup berdoa agar amalan diterima Allah. Konsistensi: Misalnya, jika rutin salat sunah tahajud, lakukan secara konsisten meski tidak ada orang yang tahu.

  3. Memperbanyak Amal Saleh Sedekah Sembunyi: Menghadiahkan zakat atau infak secara rahasia agar hanya Allah yang tahu. Menyantuni Tetangga & Anak Yatim: Salah satu bentuk kebaikan yang sangat dicintai Allah.

  4. Belajar dari Ulama dan Kajian Resmi Mengikuti Majelis Taklim: Agar pemahaman kita selalu sejalan dengan syariat—misalnya kajian tafsir yang membahas sifat Allah sebagai Maha Baik. Berguru pada Ahli: Konsultasi amalan dengan ustaz/ustazah untuk memastikan kesesuaian dengan sunah.


Kesimpulan

Allah Maha Baik (al-Karīm): Setiap perbuatan, pahala, dan kasih sayang-Nya hanya membawa kebaikan yang sempurna bagi hamba-Nya.

Hanya Menerima yang Baik-Baik: Allah menegaskan bahwa Dia hanya menerima amal yang memenuhi syarat syariat, disertai niat ikhlas, dan menjauhi riya’.

Implementasi: Untuk mendapatkan rida-Nya, mari perbaiki niat, perbanyak amal saleh sesuai tuntunan Al-Qur’an dan sunah, serta hindari syubhah yang membatalkan amalan.

Dengan memahami bahwa “Allah Maha Baik dan Hanya Menerima yang Baik-Baik,” kita terdorong untuk lebih berhati-hati dalam setiap amal. Jadikan setiap langkah—mulai dari niat hingga eksekusi—sebagai bentuk ibadah yang tulus kepada Allah . Semoga kita termasuk orang yang amalnya diterima dan mendapat keberkahan di dunia serta akhirat.