Menjaga Lisan dalam Islam

Lisan bisa jadi jalan pahala atau pintu dosa. Islam menekankan pentingnya menjaga ucapan, karena setiap kata akan dipertanggungjawabkan. Pelajari panduan menjaga lisan berdasarkan Al-Qur’an dan hadits shahih.

Menjaga Lisan dalam Islam

Menjaga Lisan dalam Islam: Antara Pahala dan Dosa

Lisan adalah anugerah luar biasa yang membedakan manusia dari makhluk lainnya. Dengan lisan, manusia dapat menyampaikan ilmu, menghibur, memotivasi, dan menegakkan kebenaran. Namun, lisan juga bisa menjadi penyebab utama seseorang terjerumus ke dalam dosa besar jika tidak dijaga.

Lisan dalam Al-Qur’an: Setiap Ucapan Tercatat

Dalam QS. Qaf: 18, Allah SWT berfirman:

مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ اِلَّا لَدَيْهِ رَقِيْبٌ عَتِيْدٌ

"Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir."

Ayat ini mengandung makna mendalam: setiap kata yang terucap, baik sengaja maupun tidak, akan dicatat. Ucapan yang ringan di lisan bisa sangat berat di timbangan amal. Karena itu, seorang Muslim harus memiliki kesadaran spiritual dalam setiap komunikasi.

Lebih lanjut, Allah berfirman:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَقُوْلُوْا قَوْلًا سَدِيْدًاۙ ۝٧٠

"Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar." (QS. Al-Ahzab: 70)

Kebenaran dalam ucapan bukan hanya etika sosial, melainkan manifestasi ketakwaan kepada Allah. Ucapan yang jujur dan penuh hikmah dapat memperbaiki amal dan menghapus dosa (QS. Al-Ahzab: 71).

Baca Juga : Bagaimana Cara Muslim Menjawab Isu Islamofobia?


Hadis-Hadis Nabi: Ucapan Menentukan Surga atau Neraka

Neraka dan Surga

Rasulullah ﷺ bersabda:

"Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata yang baik atau diam."
(HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis ini menekankan kaidah emas dalam berbicara: jika tidak membawa manfaat, lebih baik diam. Sikap ini menunjukkan kedewasaan iman dan pengendalian diri.

Dalam hadis lain, beliau ﷺ bersabda:

"Bukankah manusia diseret ke neraka di atas wajah mereka disebabkan oleh hasil ucapan lisan mereka?"
(HR. At-Tirmidzi)

Ghibah, namimah, fitnah, dan ujaran kebencian adalah bentuk-bentuk penyalahgunaan lisan yang dapat mendatangkan murka Allah. Ironisnya, banyak orang yang meremehkan dosa lisan karena tidak terlihat dampaknya secara langsung.


Lisan: Antara Pahala Mengalir dan Dosa Menggunung

Lisan adalah pisau bermata dua. Di satu sisi, ia bisa menjadi sarana amal jariyah—mengajarkan ilmu, menasihati kebaikan, atau memberi semangat. Di sisi lain, ia juga bisa menyakiti, memfitnah, bahkan menghancurkan kehidupan seseorang.

Contoh nyata dari pahala lisan:

  • Dzikir dan membaca Al-Qur’an

  • Memberikan nasihat dengan kasih sayang

  • Menyebarkan ilmu yang bermanfaat

Contoh nyata dari dosa lisan:

  • Ghibah (menggunjing)

  • Namimah (adu domba)

  • Dusta dan sumpah palsu


Tips Menjaga Lisan Sehari-Hari

  1. Berpikir sebelum berbicara: Apakah kata-kata ini benar? Perlu? Baik?

  2. Perbanyak diam: Diam bukan tanda kelemahan, tapi kebijaksanaan.

  3. Kawal emosi: Jangan berbicara saat marah.

  4. Jaga adab komunikasi digital: Sama seperti lisan, tulisan pun akan dimintai pertanggungjawaban.

  5. Dekatkan diri pada Al-Qur’an dan hadis: Supaya ucapan kita senantiasa terarah.


Kesimpulan: Lisan sebagai Cermin Hati

Menjaga lisan bukan hanya soal menghindari dosa, tetapi juga mencerminkan kualitas hati dan keimanan. Semakin bersih hati seseorang, semakin berhati-hati ia dalam berbicara. Lisan yang dijaga akan menuntun pada kehidupan yang lebih damai, baik di dunia maupun akhirat.

"Tidak ada yang lebih berat dalam timbangan amal seorang mukmin pada hari kiamat selain akhlak yang mulia."
(HR. Abu Dawud)

Mari kita rawat lisan kita sebagaimana kita menjaga hati dan amal. Gunakan untuk menebar manfaat, bukan mudarat. Karena dari lisanlah, pahala bisa mengalir atau dosa bisa menumpuk.