Ujian Hidup dalam Islam: Bukti Cinta atau Murka Allah?
Ujian hidup dalam Islam bisa jadi tanda cinta Allah, sedangkan istidraj adalah nikmat yang menyesatkan. Pahami perbedaannya agar tidak tertipu oleh dunia dan tetap berada di jalan yang diridhai Allah.

Dalam perjalanan hidup ini, setiap manusia pasti akan menghadapi dua hal: ujian dan nikmat. Namun, tidak semua ujian adalah musibah, dan tidak semua nikmat adalah anugerah. Dalam Islam, kita diajarkan untuk memahami perbedaan antara ujian yang merupakan tanda kasih sayang Allah, dan istidraj yang justru bisa menjadi bentuk murka-Nya yang tersembunyi.
Apa Itu Istidraj?
Istidraj adalah keadaan ketika Allah terus memberikan kenikmatan kepada seseorang meskipun ia hidup dalam maksiat, kufur, dan jauh dari jalan-Nya. Ini bukan bentuk kasih sayang, tetapi penundaan azab agar orang tersebut semakin lalai, hingga akhirnya tertimpa hukuman yang berat.
Allah berfirman:
فَلَمَّا نَسُوْا مَا ذُكِّرُوْا بِهٖ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ اَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍۗ حَتّٰٓى اِذَا فَرِحُوْا بِمَآ اُوْتُوْٓا اَخَذْنٰهُمْ بَغْتَةً فَاِذَا هُمْ مُّبْلِسُوْنَ ٤٤
"Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami bukakan untuk mereka pintu segala sesuatu (kenikmatan), hingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka secara tiba-tiba, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa."
(QS. Al-An’am: 44)
Dari ‘Uqbah bin ‘Amir radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
ِإِذَا رَأَيْتَ اللهَ تَعَالَى يُعْطِي الْعَبْدَ مِنَ الدُّنْيَا مَا يُحِبُّ وَهُوَ مُقِيمٌ عَلَى مَعَاصِيْهِ فَإِنَّمَا ذَلِكَ مِنهُ اسْتِدْرَاجٌ
“Bila kamu melihat Allah memberi pada hamba dari (perkara) dunia yang diinginkannya, padahal dia terus berada dalam kemaksiatan kepada-Nya, maka (ketahuilah) bahwa hal itu adalah istidraj (jebakan berupa nikmat yang disegerakan) dari Allah.” (HR. Ahmad, 4:145. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth mengatakan bahwa hadits ini hasan dilihat dari jalur lain).
Ini adalah peringatan keras bagi kita agar tidak tertipu oleh kelapangan hidup. Bisa jadi, harta melimpah, jabatan tinggi, dan popularitas yang kita anggap sebagai keberkahan — justru adalah bentuk istidraj yang menjauhkan kita dari Allah.
Ujian: Jalan Kembali kepada Allah
Berbeda halnya dengan ujian, yang justru merupakan salah satu bentuk kasih sayang Allah kepada hamba-Nya. Ujian bisa datang dalam bentuk kesulitan, kehilangan, penyakit, atau kegagalan. Tapi di balik itu semua, ada maksud mulia: mengingatkan, membersihkan dosa, menguatkan iman, dan mengangkat derajat.
Allah berfirman:
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوْعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْاَمْوَالِ وَالْاَنْفُسِ وَالثَّمَرٰتِۗ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيْنَ ١٥٥
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.”
(QS. Al-Baqarah: 155)
Ujian adalah pengingat bahwa dunia ini sementara. Saat hidup sempit, doa lebih sering terucap, tangisan lebih tulus, dan hati lebih dekat kepada Allah. Maka bersyukurlah ketika diuji, karena itu tanda bahwa Allah masih memperhatikan kita.
Ujian Terberat: Milik Para Nabi
Rasulullah ﷺ bersabda:
الأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الأَمْثَلُ فَالأَمْثَلُ فَيُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَإِنْ كَانَ دِينُهُ صُلْبًا اشْتَدَّ بَلاَؤُهُ وَإِنْ كَانَ فِى دِينِهِ رِقَّةٌ ابْتُلِىَ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَمَا يَبْرَحُ الْبَلاَءُ بِالْعَبْدِ حَتَّى يَتْرُكَهُ يَمْشِى عَلَى الأَرْضِ مَا عَلَيْهِ خَطِيئَةٌ »
“Para Nabi, kemudian yang semisalnya dan semisalnya lagi. Seseorang akan diuji sesuai dengan kondisi agamanya. Apabila agamanya begitu kuat (kokoh), maka semakin berat pula ujiannya. Apabila agamanya lemah, maka ia akan diuji sesuai dengan kualitas agamanya. Seorang hamba senantiasa akan mendapatkan cobaan hingga dia berjalan di muka bumi dalam keadaan bersih dari dosa.” HR. Tirmidzi no. 2398, Ibnu Majah no. 4024, Ad Darimi no. 2783, Ahmad (1/185). Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wa At Tarhib no. 3402 mengatakan bahwa hadits ini shahih.
Para Nabi adalah manusia terbaik, namun ujian mereka juga yang paling berat. Nabi Ayyub diuji dengan penyakit bertahun-tahun. Nabi Yusuf diuji dengan fitnah dan penjara. Nabi Ibrahim diuji dengan perintah menyembelih anaknya sendiri, Ismail. Tapi mereka semua lulus dengan penuh keteguhan.
إِنَّ هَٰذَا لَهُوَ ٱلْبَلَٰٓؤُا۟ ٱلْمُبِينُ
“Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata.”
(QS. As-Saffat: 106)
Ujian bukan berarti Allah tidak menyayangi kita, justru sebaliknya, itu tanda bahwa kita sedang dibentuk untuk menjadi lebih baik.
Allah Mencintai Orang yang Bertaubat
Seberat apapun dosa yang pernah kita lakukan, pintu taubat selalu terbuka. Allah tidak membenci hamba yang berdosa, selama ia mau kembali dan memperbaiki diri.
اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ التَّوَّابِيْنَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِيْنَ ٢٢٢
“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan mencintai orang-orang yang menyucikan diri.”
(QS. Al-Baqarah: 222)
Bahkan dalam hadis qudsi, Allah menyampaikan:
“Wahai hamba-Ku! Sesungguhnya kalian berbuat dosa di malam dan siang hari, dan Aku mengampuni dosa-dosa semuanya. Maka mintalah ampunan kepada-Ku, niscaya Aku akan mengampunimu.”
(HR. Muslim)
Kita tidak perlu menunggu menjadi sempurna untuk bertaubat. Cukup dengan menyesali dosa, meninggalkannya, dan berniat kuat untuk tidak mengulanginya, insya Allah ampunan-Nya datang tanpa batas.
Baca juga : Jangan Berputus Asa dari Rahmat Allah: Pintu Ampunan Selalu Terbuka
Kebaikan Menghapus Dosa
Salah satu keindahan Islam adalah bahwa amal kebaikan mampu menghapuskan dosa-dosa masa lalu.
وَاَقِمِ الصَّلٰوةَ طَرَفَيِ النَّهَارِ وَزُلَفًا مِّنَ الَّيْلِۗ اِنَّ الْحَسَنٰتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّاٰتِۗ ذٰلِكَ ذِكْرٰى لِلذّٰكِرِيْنَ ١١٤
“Dirikanlah salat pada kedua ujung hari (pagi dan petang) dan pada bagian-bagian malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan baik menghapus kesalahan-kesalahan. Itu adalah peringatan bagi orang-orang yang selalu mengingat (Allah).”
(QS. Hud: 114)
Ustadz Fakhrurrazi Anshar pernah berkata:
"Jika seseorang hanya punya 10 amal saat meninggal, namun Allah sudah ampuni dosanya sebelumnya, maka insya Allah tempatnya adalah surga."
Bahkan Allah tak hanya menghapus dosa, tetapi juga mampu mengganti keburukan menjadi kebaikan:
اِلَّا مَنْ تَابَ وَاٰمَنَ وَعَمِلَ عَمَلًا صَالِحًا فَاُولٰۤىِٕكَ يُبَدِّلُ اللّٰهُ سَيِّاٰتِهِمْ حَسَنٰتٍۗ وَكَانَ اللّٰهُ غَفُوْرًا رَّحِيْمًا ٧٠
“Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka kejahatan mereka diganti Allah dengan kebaikan.”
(QS. Al-Furqan: 70)
Betapa Maha Pengasih dan Penyayangnya Allah. Kita hanya perlu melangkah satu langkah, dan Allah akan datang menyambut kita dengan cinta yang tak terhingga.
Semoga Timbangan Kita Berat di Sebelah Kanan
Kelak, semua amal akan ditimbang. Tidak ada yang terlupa. Bahkan sebutir amal kebaikan pun bisa menyelamatkan seseorang dari neraka.
وَالْوَزْنُ يَوْمَىِٕذِ ࣙالْحَقُّۚ فَمَنْ ثَقُلَتْ مَوَازِيْنُهٗ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ ٨
“Barang siapa berat timbangan kebaikannya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung.”
(QS. Al-A'raf: 8)
Maka jangan remehkan amal sekecil apa pun. Senyum yang tulus, menahan marah, bersedekah meski sedikit, menulis kata-kata kebaikan di media sosial — semua akan dihitung oleh Allah.
Penutup
Kita tidak bisa memastikan apakah nikmat yang kita terima adalah karunia atau istidraj. Tapi kita bisa melihat bagaimana dampaknya pada hati dan amal kita. Apakah kenikmatan itu membuat kita semakin taat, atau malah menjauh? Apakah kesulitan membuat kita semakin berserah, atau justru putus asa?
Jika nikmat membawa kita kepada kesombongan, maka waspadalah. Itu bisa jadi istidraj.
Namun jika ujian menjadikan kita semakin taat dan sabar, maka yakinlah — itu rahmat.
Bertaubatlah hari ini, bukan besok. Perbanyak amal baik, bukan hanya wacana. Jangan pernah merasa cukup, dan jangan pernah berhenti berharap pada ampunan dan cinta Allah.
Semoga kita semua termasuk dalam golongan hamba yang sabar saat diuji, bersyukur saat diberi nikmat, dan bertaubat saat tergelincir. Semoga timbangan kita berat di sebelah kanan. Aamiin ya Rabbal ‘alamin.