Peristiwa 19 Ramadhan: Gugurnya Khalifah Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘anhu Sebagai Syahid

Peristiwa 19 Ramadhan 40 Hijriyah: Gugurnya Khalifah Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘anhu sebagai syahid di tangan Ibnu Muljam, pelajaran besar tentang kesabaran, keteguhan, dan kewaspadaan terhadap makar orang-orang jahat.

Peristiwa 19 Ramadhan: Gugurnya Khalifah Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘anhu Sebagai Syahid

Peristiwa Bersejarah di Bulan Ramadhan

Bulan Ramadhan tak hanya bulan ibadah, tetapi juga menyimpan banyak peristiwa penting dalam sejarah Islam. Salah satunya adalah peristiwa yang terjadi pada 19 Ramadhan tahun 40 Hijriyah, ketika Khalifah al-Rasyid Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘anhu gugur sebagai syahid.

Rencana Pembunuhan oleh Kaum Khawarij

Peristiwa memilukan ini bermula dari makar kaum Khawarij. Tiga orang dari kelompok sesat tersebut berkumpul di Makkah, bersekongkol untuk membunuh tiga tokoh besar Islam: Ali bin Abi Thalib, Mu’awiyah bin Abi Sufyan, dan Amr bin al-‘Ash.

Ibnu Muljam berkata:

"Aku yang akan membunuh ‘Ali."

Al-Burak berkata:

"Mu’awiyah adalah bagianku."

Dan orang ketiga berkata:

"‘Amr bagianku."

Mereka semua sepakat untuk melaksanakan misi pembunuhan pada malam 17 Ramadhan.

Penusukan Ali bin Abi Thalib

Ibnu Muljam pun menuju Kufah, tempat tinggal Ali bin Abi Thalib. Pada malam yang telah ditentukan, tepat saat Ali Radhiyallahu ‘anhu memasuki masjid untuk shalat subuh, Ibnu Muljam menikam dahi beliau dengan pisau beracun hingga menembus otaknya.

Ali Radhiyallahu ‘anhu pun terluka parah dan wafat beberapa waktu kemudian sebagai syahid.

Sikap Mulia Ali bin Abi Thalib

Saat Ibnu Muljam ditangkap dan dibawa ke hadapan beliau, Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘anhu menunjukkan akhlak yang mulia. Beliau berkata:

أَطْعِمُوهُ مِمَّا تَأْكُلُونَ، وَاسْقُوهُ مِمَّا تَشْرَبُونَ، فَإِنْ أَعِشْ فَأَنَا وَلِيُّ الدَّمِ، وَإِنْ شِئْتُ عَفَوْتُ، وَإِنْ شِئْتُ أَقَدْتُ، وَإِنْ أَمُتُّ فَاقْتُلُوهُ قِصَاصًا

Artinya:

"Berilah dia makan dari makanan yang kalian makan, berilah dia minum dari minuman kalian. Jika aku hidup, akulah yang akan menghukumnya dengan diyat atau qishas. Namun jika aku mati, balaslah dia, dan aku akan menuntutnya kelak di hadapan Rabb semesta alam."

Semoga Allah meridhai Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘anhu, dan merahmatinya dengan kasih sayang-Nya.


Pelajaran Penting dari Peristiwa Ini

  1. Waspada Terhadap Makar Orang-Orang Jahat
    Para pelaku keburukan tidak pernah berhenti membuat strategi jahat siang dan malam. Mereka senantiasa berusaha merusak, memecah belah, dan menebar fitnah.

  2. Kesiapan Menghadapi Bahaya
    Kaum muslimin dituntut selalu siap siaga, membangun kekuatan dan menyusun strategi untuk menghadapi berbagai bentuk makar.

  3. Ketenangan dan Keimanan dalam Musibah
    Sikap Ali Radhiyallahu ‘anhu yang sabar, tenang, dan tetap adil bahkan kepada orang yang mencelakainya adalah teladan agung bagi kita semua.

Sebagaimana perkataan Umar bin al-Khattab Radhiyallahu ‘anhu:

اللَّهُمَّ إِنِّي أَشْكُو إِلَيْكَ جَلَدَ الْفَاجِرِ، وَعَجْزَ الثِّقَةِ

Artinya:

"Ya Allah, aku mengadu kepada-Mu tentang keberanian orang jahat dan lemahnya orang yang benar."
[Majmu’ al-Fatawa, Jilid 28, hlm. 254]


Penutup

Peristiwa 19 Ramadhan tahun 40 Hijriyah menjadi pengingat bahwa makar musuh-musuh Islam selalu ada. Namun, kekuatan iman, kesabaran, dan kesiapsiagaan akan selalu menjadi benteng kaum muslimin. Semoga Allah meridhai dan menempatkan Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘anhu di tempat terbaik di sisi-Nya.


Referensi:

  • Al-Bidayah wa al-Nihayah, Jilid 11

  • Majmu’ al-Fatawa, Jilid 28, hlm. 254