WFP: Bantuan ke Gaza Hanya Setetes Air di Lautan

WFP sebut bantuan ke Gaza hanya ibarat setetes air di lautan. PBB nyatakan kelaparan resmi, dengan 500 ribu warga Gaza terdampak krisis pangan.

WFP: Bantuan ke Gaza Hanya Setetes Air di Lautan
Warga Palestina membawa karung tepung yang diturunkan dari konvoi bantuan kemanusiaan yang tiba di Kota Gaza dari Jalur Gaza utara pada Minggu

Program Pangan Dunia (World Food Programme/WFP) memperingatkan bahwa bantuan kemanusiaan yang masuk ke Gaza masih jauh dari cukup, hanya beberapa hari setelah PBB secara resmi menyatakan adanya kelaparan di wilayah Palestina tersebut.

Carl Skau, Kepala Operasional WFP, menyebut jumlah bantuan yang diizinkan Israel masuk hanya rata-rata 100 truk per hari dalam dua pekan terakhir. Jumlah itu dianggap terlalu kecil untuk menjawab kebutuhan 2,1 juta warga Gaza yang terdampak perang hampir dua tahun terakhir.

“Itu ibarat setetes air di lautan ketika kita berbicara soal membantu jutaan orang,” kata Skau kepada AFP, Selasa (27/8/2025).

PBB melalui Integrated Food Security Phase Classification (IPC) menyebut sekitar 500.000 orang di Gaza telah terdampak kelaparan. Kondisi ini ditandai dengan kekurangan pangan ekstrem di lebih dari 20 persen rumah tangga, 30 persen balita mengalami gizi buruk akut, serta tingginya angka kematian.

Skau menggambarkan situasi Gaza kian buruk. “Tingkat keputusasaan sangat tinggi sehingga orang-orang merampas makanan dari truk bantuan. Kami khawatir bantuan tidak sampai ke kelompok paling rentan, yaitu perempuan dan anak-anak di kamp-kamp,” ujarnya.

Ia menekankan, tanpa peningkatan bantuan yang signifikan, Gaza terancam mengalami bencana kelaparan berskala penuh.

Namun, Gaza bukan satu-satunya krisis pangan global. WFP mencatat lebih dari 320 juta orang di dunia kini mengalami kerawanan pangan akut — hampir tiga kali lipat dibanding lima tahun lalu. Pendanaan WFP justru menurun 40 persen dibanding tahun lalu.

Skau menyoroti Sudan sebagai krisis kelaparan terbesar sejak Ethiopia di akhir 1980-an, dengan 25 juta orang terdampak, termasuk 10 juta berada dalam “fase kelaparan”. Sudan Selatan juga berisiko menyusul dengan kemungkinan konfirmasi kelaparan ketiga.

“Kami menghadapi kebutuhan yang sangat besar, tapi sumber daya yang ada hampir tidak ada,” kata Skau.

Ia menambahkan, konflik, perubahan iklim, hingga guncangan ekonomi global memperparah kondisi. Karena itu, WFP kini menggandeng negara-negara baru seperti India, Indonesia, dan Brasil untuk ikut berkontribusi dalam penanganan krisis pangan global.