Peristiwa 7 Ramadhan : Penaklukan Negeri Sind (Anak Benua India)

Penaklukan Negeri Sind pada 7 Ramadhan 93 Hijriyah adalah peristiwa penting dalam sejarah Islam. Muhammad bin al-Qasim, panglima muda berusia 17 tahun, memimpin pasukan Muslim menaklukkan wilayah Sind demi membebaskan tawanan Muslim. Simak kisah lengkapnya di sini.

Peristiwa 7 Ramadhan : Penaklukan Negeri Sind (Anak Benua India)

Momentum Bersejarah di Bulan Ramadhan: Penaklukan Negeri Sind (Anak Benua India)

Pada 7 Ramadhan 93 Hijriyah, kaum Muslimin menorehkan sejarah dengan menaklukkan Negeri Sind (sekarang wilayah Pakistan dan Afghanistan). Penaklukan ini terjadi setelah sekelompok bajak laut merompak kapal dagang yang di dalamnya terdapat wanita Muslimah. Kapal tersebut sebenarnya adalah hadiah dari Raja Jazirah al-Yaqut (Sri Lanka) untuk al-Hajjaj bin Yusuf.

Seruan Minta Tolong yang Mengubah Sejarah

Di antara wanita Muslimah yang ditawan, seorang dari Bani Yarbu’ berteriak, “Wahai Hajjaj (selamatkan kami)!” Kabar ini sampai ke al-Hajjaj bin Yusuf, yang segera menuntut Raja Dahir dari Sind untuk membebaskan para tawanan. Namun, Raja Dahir menolak dengan alasan bahwa perompak yang menahan mereka berada di luar kendalinya.

Merespons penghinaan ini, al-Hajjaj mengirim beberapa ekspedisi militer, namun semuanya gagal. Akhirnya, ia menyadari bahwa Sind hanya bisa ditaklukkan dengan pasukan yang besar dan pemimpin yang cakap. Pilihannya jatuh pada Muhammad bin al-Qasim, seorang panglima muda berbakat yang saat itu baru berusia 17 tahun.

Penaklukan Sind oleh Muhammad bin al-Qasim

Dengan strategi militer yang cemerlang, Muhammad bin al-Qasim berhasil menaklukkan al-Dabil (Karachi, Pakistan) dan berbagai kota lainnya di Sind. Pasukan Muslim meraih kemenangan besar, memperoleh harta ghanimah dalam jumlah besar, serta membebaskan para tawanan Muslim.

Setelah kemenangan ini, al-Hajjaj bin Yusuf berkata:

“Kita telah meredam amarah kita, membalaskan dendam kita, dan kita tambahkan dengan 60.000.000 dirham serta terpenggalnya kepala Dahir.”

Pelajaran dari Peristiwa Ini

  1. Kepemimpinan membutuhkan keberanian dan kecerdasan
    Muhammad bin al-Qasim, meskipun masih sangat muda, menunjukkan bahwa kepemimpinan sejati bergantung pada keberanian, kecerdasan, dan strategi yang matang.

  2. Umat Islam tidak membiarkan saudara seimannya tertindas
    Seruan seorang Muslimah yang tertawan cukup untuk menggerakkan pasukan besar dalam membela kehormatan dan keadilan.

  3. Ketegasan dalam menghadapi kezaliman
    Ketika diplomasi gagal dan kezaliman terus berlanjut, tindakan nyata dalam menegakkan keadilan menjadi sebuah keharusan.


Kesimpulan

Peristiwa 7 Ramadhan 93 Hijriyah adalah bukti bagaimana Islam menjunjung tinggi keadilan, kepemimpinan, dan kepedulian terhadap sesama Muslim. Penaklukan Sind bukan hanya soal kemenangan militer, tetapi juga sebuah langkah besar dalam penyebaran Islam di anak benua India.